Monday, July 16, 2012

"Vote for a candidate with Integrity"


Nast: Kisah Para Rasul 1:12-26

Saudara-saudara, ketika kita ambil bagian untuk melayani Tuhan berarti Tuhanlah yang menjadi fokus utama, dan karena Ia adalah fokus kita berarti kita dituntut untuk menjadi pelayan ysng sejati. Nah, untuk menjadi pelayan Tuhan yang sejati berarti melakukan apapun dengan tulus, bukan karena paksaan apalagi memiliki motivasi yang tidak baik. Karenanya ketika seseorang ingin menjadi pelayan Tuhan yang sejati maka ia harus: Mengerti bagaimana tindakan sebagai ciptaan baru, tau bagaimana tindakan untuk melakukan pekerjaan baik. 


Dalam kisah ini, kita membaca tentang bagaimana kesebelas Rasul mencari pengganti Yudas Iskariot yang telah mati karena bunuh diri. Proses ini sangat penting karena mereka mencari siapa yang akan menjadi pemimpin tertinggi (Rasul keduabelas) bagi kawanan umat Allah. Itu sebabnya, kisah ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita sekalian yang akan mengadakan pemilihan Majelis di jemaat kita masing-masing. Prinsip yang mendasar dari pemilihan pemimpin gereja adalah: Tuhanlah yang memilih pemimpin gereja karena hanya Dia yang mengenal hati para pemimpin. Dan ingat: Hati lebih penting daripada karunia atau kemampuan. Buat apa seseorang punya karunia memimpin yang hebat tetapi dia tidak rendah hati dan mengasihi gereja dengan tulus? Dia akan menjadi pemimpin yang otoriter, egois, dan manipulatif. 
JIka kita melihat pada ayat 24, di mana para murid Tuhan Yesus berdoa, disitu mencatat dan mengatakan “...tunjukanlah kiranya siapa yang Engkau pilih...” Jelas sekali, walaupun secara kasat mata kitalah yang memilih, dalam level rohani Allahlah yang berdaulat dalam menentukan siapa pemimpin gereja-Nya! Prinsip penting ini menuntun kita pada dua elemen yang tidak boleh tidak ada dalam proses pemilihan. Pertama, kita harus berdoa. Kita harus meminta pimpinan Tuhan. Kita menyadari bahwa kita tidak mungkin mengenal hati para calon Majelis. Kita dapat salah memilih. Para murid Tuhan Yesus dalam kisah tersebut juga berdoa sebelum proses pemilihan (ayat 24). Mari kita berkomitmen untuk berdoa bagi pemilihan Majelis setiap hari sampai hari-h. Kedua, kita harus memakai kriteria obyektif dalam menentukan pilihan kita. Para murid Tuhan Yesus menentukan kriteria yaitu pengganti Yudas haruslah dari kalangan para murid yang setia mengikuti Yesus sejak dibabtiskan oleh Yohanes Pembabtis sampai kenaikan Dia ke surga (ayat 21-22). Tentu saja, kita tidak dapat memakai kriteria yang sangat khas ini. Sebaliknya, kita menggunakan 1 Timotius 3:1-7 dan Titus 1:5-10 sebagai kriteria obyektif untuk memilih penilik jemaat (Majelis). Akhirnya, kita harus menyadari bahwa mekanisme akhir pemilihan tidak ada yang sempurna. GKE memakai pemilihan berdasarkan suara terbanyak (majority vote). Mekanisme ini pun ada kelemahannya yaitu bila pemilih tidak dewasa dan tidak dididik maka mayoritas dapat memilih karena alasan yang salah! Itu sebabnya, kita harus menyadari beberapa alasan yang salah dalam memilih:
1. Popularitas ; Janganlah memilih seseorang semata-mata karena dia lebih sering tampil di muka umum. Popularitas seseorang tidak identik dengan integritas atau karakter seseorang.
2. Kedekatan ; Sentimen dapat positif atau negatif. Contoh sentimen positif: Kita memilih seseorang karena kita berhutang budi dengannya. Contoh sentimen negatif: Kita menolak seseorang karena kita pernah konflik pribadi dengannya. 
4. Kesamaan profil ; Kita tidak boleh memilih seseorang hanya karena dia memiliki suku, latar belakang ekonomi, jenis kelamin, atau pendidikan yang sama dengan kita.
5. Rasa kasihan ; Jangan juga memilih hanya karena kita kasihan pada orang tersebut.
6.Label ; kita jangan menolak seseorang hanya karena dia pernah melakukan kesalahan atau dosa di masa lalu. Jika dia pernah bersalah dan dia sudah mengaku dosa serta bertobat, maka kita tidak boleh dipengaruhi oleh masa lalunya yang buruk itu. Kita harus ampuni sama seperti Tuhan telah mengampuni dia.
Saudara-saudara, masalah yang cukup krusial terjadi di jemaat-jemaat kita adalah memilih dan menetapkan majelis. Asal memilih majelis tanpa mempertimbangkan segala sesuatunya. Lebih baik sedikit majelis, tapi berkualitas, berdedikasi serta menjadi teladan, daripada banyak namun menjadi batu sandungan bagi kemajuan jemaat. PILIHLAH ORANG YANG TEPAT. Jesus Bless Us.

No comments:

Post a Comment