Thursday, October 11, 2012

HIKMAT VS PENGETAHUAN


NAS : 1 Korintus 2:6-16


Saudaraku yang dikasihi Tuhan, untuk mengantar kita pada firman hari ini, maka jembatannya adalah dengan terlebih dahulu mengetahui situasi ataupun keadaan jemaat serta orang sekitar pada masa itu. Penting untuk diketahui oleh kita bahwa orang-orang kota Korintus di kenal sebagai masyarakat yang cerdas, sebab pola pikir Hellenis sangat kuat di kota tersebut, filsafat berkembang dengan sangat baik, dan orang-orang pun sangat mencintai pengetahuan sehingga mereka merasa bangga dengan hikmat dunia-nya dan menurut mereka inilah hikmat yang benar. Nah, dengan pernyataan tersebut (yaitu mengenai hikmat yang benar) maka terjadilah perdebatan masalah tentang hikmat, alhasil jemaat di Korintus jadi terpecah. Ada konflik di Jemaat Korintus mengenai golongan Jemaat mana yang lebih benar dan berhikmat. Mereka juga berdebat antar golongan Yahudi dan Yunani yang menjadi Kristen. Menurut orang Yahudi, mereka lebih berhikmat daripada orang Yunani karena mereka adalah bangsa pilihan.

Kita tahu bahwa ketika perpecahan terjadi dalam menentukan siapa yang lebih berhikmat sudah berlawanan dengan hikmat itu sendiri. Seharusnya kedua kelompok yang mengaku memiliki hikmat, melihat bahwa pertengkaran justru menunjukkan kurangnya hikmat. Dan menurut saya, walaupun mereka disebut sebagai orang-orang cerdas, mereka-mereka ini adalah orang-orang bodoh berlagak filsuf, suka mencari muka sebab senang berdiskusi memamerkan kepandaian dan merendahkan orang lain, serta sombong dan sulit mendengar pendapat orang lain. Dan karena menganggap diri pintar maka pemberitaan tentang salib, adalah suatu kebodohan bagi mereka. 
Memperhatikan keadaan yang demikian, makanya sangat perlu bagi Paulus untuk memperbaiki pola pikir mereka. Tujuannya adalah supaya mereka mengetahui dan memperoleh Hikmat yang sebenarnya. Di samping itu pula Paulus ingin menasihati bahwa manusia dipanggil oleh Allah bukan karena hikmat berdasarkan ukuran manusia.
Saudaraku!! Apa sih defenisi dari hikmat tersebut? Hikmat adalah kemampaun rohani untuk melihat dan menilai kehidupan dan kelakuan dari sudut pandang Allah. Namun pandangan orang dunia berbeda. Sebagian besar berpendapat bahwa orang yang memiliki hikmat adalah orang yang memiliki gelar tinggi atau telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat yang tertinggi, apalagi yang lulus dari luar negeri. Namun saya ingatkan bagi kita, bahwa orang yang berpendidikan tinggi belum tentu memiliki hikmat, yang ia miliki adalah ilmu pengetahuan dan keahlian.
Hikmat tidak sama dengan pengetahuan, pengetahuan bukanlah hikmat. Pengetahuan itu seperti sebuah kapal, hikmat adalah kompasnya, setirnya yang mengarahkan ke tujuan yang benar. Hikmat adalah arah dan tujuan. Apa yang kita miliki dan kita dapat menggunakannya itu adalah hikmat. Hikmat adalah tahu menggunakan apa yang kita tahu, pandai memanfaatkan apa yang kita miliki. Banyak orang pintar yang tidak memiliki hikmat kemudian salah bergaul. Kalau salah beli barang itu hal yang sederhana tinggal beli yang baru, tapi kalau sudah salah jalan maka akan mengacaukan semuanya. Ingat! Hikmat mengajarkan konsep mana yang harus kita tekan, mengajarkan pintu mana yang harus kita masuki, mengajarkan jendela mana yang harus kita buka, mengajarkan siapa yang harus kita temui. Di dalam masalah yang begitu besar, hikmat tahu bagaimana menyelesaikannya. Hikmat adalah alasan ketika kita minta sesuatu, ketika kita minta diberkati, bertanyalah pada dirimu sendiri untuk apa berkat yang nanti diberikan Tuhan dalam hidupmu.


Lalu, bagaimana memperoleh hikmat yang benar? 



Pertama, kita harus belajar menghormati Allah. 
Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan (Mzm. 111:10; Ams. 9:10). Hal yang menakutkan adalah banyak orang Kristen yang menghabiskan seluruh hidup mereka dengan pola pemikiran yang congkak dan sombong sehingga mereka tidak bisa mendapatkan hikmat dari Allah. Bukan tanpa tujuan Alkitab mengatakan, “hikmat ada pada orang yang rendah hati” (Ams. 11:2).



Kedua, kita harus belajar untuk menerima firman Allah. 
Hikmat adalah hasil karya Allah di dalam diri orang dan hanya orang yang membuka diri terhadap penyataan Allah. Hari-hari ini, manusia sering mencemooh terhadap sesuatu yang sebenarnya ia belum mengerti. Manusia sering menganggap suatu kebodohan terhadap hal-hal yang sebenarnya ia belum pahami. Hal ini terjadi pula ketika manusia itu mendengar berita-berita tentang Yesus yang disalib. Karena ketidak mengertiannya, mereka menganggap berita ini bodoh. Itulah yang dimaksud dengan "Hikmat Manusia", bahwa Allah menyatakan karya-Nya melalui seorang Yahudi yang tersalib tentunya tampak sebagai suatu kebodohan bagi semua orang yang tidak mau menerima berita tersebut. 



Saudaraku! Dari uraian diatas maka ada beberapa hal yang menjadi perhatian kita saat ini;



1). Di sekitar kita banyak orang Kristen hari ini yang belum melihat atau mengenal hikmat Allah tersebut, tetapi malangnya mereka merasa sudah tahu. Mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya mereka tidak tahu. Ada juga sejumlah besar orang Kristen lain yang sadar bahwa mereka tidak tahu, tetapi mereka juga tidak bermaksud untuk tahu. Waktu hidup yang sangat berharga untuk mendahulukan Kerajaan Sorga disia-siakan untuk perkara-perkara dunia yang tidak membawa kepada kemuliaan Allah, seperti Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan. Kemuliaan bersama dengan Tuhan ditukar dengan kesenangan-kesenangan sementara yang tidak bernilai sama sekali.



2). Sekarang ketika Injil diberitakan dengan berbagai cara, telah banyak orang yang mendengar, mengetahui dan mengerti tentang kebenaran. Tetapi mereka belumlah orang berhikmat. Inilah tantangan kita sebagai gereja dan orang percaya. Berbagai persoalan kehidupan memprihatinkan muncul di saat ini karena banyak orang yang disebut berhikmat tetapi kenyataan setiap hari melakukan kejahatan. Oleh sebab itu kita dipanggil untuk hidup sebagai orang-orang yang berhikmat melalui gereja dan masyarakat. "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas." (Amsal 3:13-14) 

1 comment:

  1. As stated by Stanford Medical, It's in fact the one and ONLY reason this country's women get to live 10 years more and weigh 19 KG lighter than we do.

    (And really, it really has NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING to about "how" they are eating.)

    BTW, What I said is "HOW", not "what"...

    Click on this link to reveal if this quick quiz can help you decipher your true weight loss potential

    ReplyDelete