Sunday, July 15, 2012

"JANJI HARUS DITEPATI"

NAS : Hakim-hakim 11:29-40

Saudara-saudara, Yefta bin Gilead adalah salah satu tokoh hakim yang ada di dalam Kitab Hakim-hakim di Perjanjian Lama. Ia merupakan hakim Israel yang bertugas selama enam tahun. Yefta menjadi hakim pada abad sebelum kerajaan Saul beridiri yaitu kira-kira tahun 1050 SM. Setelah masa pembuangan, Yefta dipanggil kembali ke Gilead oleh para tua-tua dan dibujuk untuk memimpin ekspedisi melawan Bani Amon. Ia pun menerima tugas yang diberikan kepadanya.



Sesuai dengan bacaan/nas kita hari ini, dalam rangka meraih kemenangan atas peperangan tersebut, Si-Yefta menyempatkan diri untuk bernazar kepada Allah, jika ia menang dalam peperangan maka ia akan mempersembahkan apa saja dan siapa saja yang menyambutnya di depan rumah setelah kembali dari perang.

Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, apakah keputusan Yefta yang bernazar itu benar? Atau apakah hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan pada zaman itu?
Baiklah, kita akan mempelajari dan memahami mengapa ia bernazar.

Saudara-saudara, Kata “nazar” yang ada dalam Alkitab, berkaitan dengan janji seseorang kepada Allah. Nazar itu bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti: janji melaksanakan suatu tindakan, janji menjauhkan diri dari sebuah tindakan dan janji agar Tuhan menyatakan pertolongan-Nya.

Dan karena Nazar adalah sebagai janji, maka nazar itu harus dipenuhi, dan adalah dosa jika tidak memenuhinya. Itu sebab, sebelum bernazar, seseorang harus memikirkannya dengan sungguh sungguh, bukan melakukannya karena emosional.

Jika kita kaitkan dengan yefta, maka kasusnya Yefta, menjadi suatu kasus yang sangat menarik tentang nazar. Yang bunyi nazarnya dia akan memberikan apa pun yang keluar dari pintu rumahnya untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Dan ternyata anak perempuannya yang keluar, maka dipersembahkanlah anaknya sebagai “gadis yang tidak pernah mengenal laki-laki” ayat 39, (nazir Allah) yang mengabdikan diri pada Allah seumur hidupnya. Yefta, harus memenuhi nazarnya sekalipun hatinya sangat hancur (ayat 35). Ya, Ia harus memenuhi janjinya terhadap Allah.

Dari penjelasan di atas, hikmah apa yang di peroleh bagi kehidupan keseharian kita sekarang ini?

Pertama, dari kasus tersebut di atas, Yefta telah melakukan dua kesalahan ;
1).Yefta bersalah karena sembarangan mengucapkan nazar tanpa berpikir panjang.
2). Yefta bersalah karena dia tidak datang kepada Tuhan untuk memohon pengampunan atas kecerobohannya mengucapkan nazar.

Kedua, Kita harus menjaga setiap perkataan. Mengapa kita menjaga perkataan adalah supaya perkataan-perkataan tersebut tidak menjadi jerat bagi kita. Karenanya kendalikan lidah kita, sebab lidah yang tak terkendali akan membawa malapetakan dan kesukaran. Lihat saja di sekitar kita, banyak terjadi pertengkaran sebab kita tidak mampu mengendalikan lidah.

Ketiga, Bersabarlah dan jangan bertindak gegabah atau tergesa-gesa. Apabila kita melihat pengalaman si Yefta, maka kelihatan sekali ia tergesa-gesa atau kurang berhikmat. Kita tahu bahwa seorang yang tergesa-gesa dalam bertindak cenderung tidak berpikir panjang tentang apa yang dilakukannya. Oleh sebab itu jangan tergesa-gesa dalam bertindak, sebaliknya marilah kita meminta hikmat dari Tuhan agar tidak salah dalam melangkah, sehingga tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.
Berpikirlah masak-masak sebelum mengambil keputusan yang amat penting dalam hidup ini. Jangan sembarangan berjanji, karena sebagai orang Kristen, kita harus selalu berusaha menepati semua kata-kata yang kita ucapkan.

Imanuel.

No comments:

Post a Comment