Wednesday, August 8, 2012

"MENYINERGIKAN TANGGUNG JAWAB ANTARA ORANG TUA DAN ANAK"


NAS: TITUS 2:1-10

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus! Kalau kita pikir-pikir enggan ya rasanya untuk membicarakan tentang kewajiban karena konsekuensinya sangat tidak enak buat diri kita. Bagaimana tidak, dalam kewajiban tersimpan tumpukan tugas dan tanggungjawab yang harus kita laksanakan. Dan rasanya, lebih nyaman kalau kita membicarakan tentang hak. Ya..hak. Hak menjadikan kita memperoleh banyak hal. Bisa dapat uang, hadiah, jabatan, atau apalah. 

Saudaraku! Kewajiban dan hak memang selalu berjalan beriringan. Sejak lahir, manusia telah secara hakiki memiliki kewajiban dan hak. Siapapun itu, asalkan dia hidup di dunia ini, maka tidak akan pernah terlepas dari dua hal tersebut. Pejabat, rakyat, buruh, pendeta, penatua dan diakon, orang tua, anak, hamba, semuanya secara hakiki memiliki kewajiban dan hak. Lalu, jika kita ditanya mana yang harus kita dahulukan, hak atau kewajiban? Jawabannya masing-masing orang mungkin berbeda. Namun, sekali lagi jika kita mau merenung sejenak, kegaduhan yang sering terjadi di Negara ini lebih banyak disebabkan karena orang lebih suka menuntut haknya dibanding memahami kewajibannya.

Kembali ke nas kita hari ini, maka Titus dituntut untuk menyampaikan ajaran yang sehat kepada jemaat kristen di Kreta. Ajaran tersebut ialah tentang kewajiban orang tua, pemuda dan hamba. Dan kewajiban-kewajiban mereka telah jelas tercatat dalam nas. Nah, seperti yang telah diuraikan diatas, kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dan dilakukan. Pokoknya tidak boleh tidak dilaksanakan, ini keharusan. Begitulah yang harus dilakukan oleh orang tua, anak dan hamba.

Namun di dalam firman ini saya lebih menekankan tanggung jawab atau kewajiban irang tua dan pemuda selaku anak, sebab ini merupakan masalah yang cukup krusial pada masa kini. Disamping itu pula pada hari Minggu ini kita merayakan Hari Pemuda GKE (seyogyanya dirayakan hari jum'at 3 Agustus 2012).

Sebagaimana yang kita ketahui, di zaman sekarang ini, lebih-lebih di kota besar bahkan di desa dan kampungpun, kenakalan anak-anak muda kian menjadi-jadi: terlibat dengan obat-obatan terlarang (narkoba), pergaulan bebas (free sex), perkelahian antarpelajar, geng motor, dan masih banyak lagi. Banyak anak muda bersikap manis dan penurut saat berada di rumah, namun berubah 180 derajat menjadi anak-anak yang brutal ketika bergaul dengan teman-temannya di luar rumah. Hal ini harus benar-benar menjadi perhatian yang serius bagi para orangtua. 

Nah, berdasarkan masalah-masalah yang cukup kompleks ini, maka apa-apa saja yang perlu dilakukan oleh orang tua, sehingga generasi yang selanjutnya benar-benar menjadi generasi yang luar biasa? Dan apa pula yang dilakukan oleh pemuda-pemudi yang selaku anak dan yang sebagai generasi penerus gereja?

I. Bentuk Tanggung Jawab Orang Tua.

1). Orang Tua Menjadi Teladan

Orang bijak pernah berkata bahwa seorang anak yang baru dilahirkan ibarat kertas putih yang bersih tanpa noda. Orang yang pertama kali menulisi kertas tersebut adalah orang tua si anak. Bagus tidaknya tulisan yang dihasilkan terggantung bagaimana si orang tua menuliskannya. Apakah kertas tersebut mau diisi coretan yang tanpa makna atau tulisan indah nan menarik. Artinya, menjadi teladan adalah salah satu cara bagi orang tua untuk ‘menulisi’ anaknya. Teladan di masa anak - anak tidak hanya berguna saat itu saja tetapi juga bermanfaat kelak saat si anak mencapai umur dewasa. Dan catatan yang perlu diteladan telah tercatat dalam nas kita Titus 2: 2-5.

Saudaraku! Ada sebuah ilustrasi menarik untuk menggambarkan keteladanan. Salah satunya iklan seorang anak yang sibuk membuat piring dan gelas dari kayu. Saat ditanya oleh orangtuanya. “untuk apa kamu membuat piring dan gelas kayu itu nak” tanya sang ayah. “Ini untuk papa dan mama kalau sudah tua seperti kakek nanti”. Kenapa hal ini bisa terjadi, karena sang anak mendapati perlakuan orantuanya terhadap kakeknya yang selalu diperlakukan tidak baik, sang kakek kerap kali memecahkan piring dan gelas. Bukan disengaja, tapi karena sudah tua. Hingga sang cucu menangkap respon tersebut dan mewujudkannya bukan dengan protes, tapi dengan solusi membuatkan piring dan gelas dari kayu. Karena anaknya tak ingin memarahi orangtuanya dikemudian hari. Sungguh tragis. Begitukah keteladanan yang akan kita berikan.

2). Orang Tua Menjadi Pendidik. 
Hal yang terpenting dari peran dan tanggungjawab orang tua sebagai pendidik adalah membawa seluruh anggota rumah tangga meneladani Kristus. Kristus dan firman-Nyalah yang dituju, bukan kehendak orang tua. Membawa anggota rumah tangga meneladani Kristus tentunya menuntut orang tua yang telah terlebih dahulu “kenal baik” dengan Kristus. Karena adalah hal yang mustahil apabila seorang yang tidak mengenal Yesus memperkenalkan Yesus kepada orang lain. Keadaan “kenal baik” dengan Kristus dalam pribadi orang tua tentunya bukan sekedar teori, tapi itu harus nyata dalam pribadinya yang hidup dalam Kasih. Dengan demikian, pendidikan yang dilakukan akan berjalan baik, dan sangat besar kemungkinan akan tercipta di kemudian hari pribadi yang beribadah, komunitas yang beribadah, bangsa yang beribadah dan dunia yang beribadah. 

Ingat! Jika gagal mendidik anak dengan tepat, maka anak ini nantinya akan berpotensi menjadi anak yang sulit untuk dipegang, dan lebih buruk lagi, dia akan menjadi calon penjahat dan perusak masyarakat. Karena itu, pendidikan anak merupakan satu hal yang perlu dipikirkan secara serius dan tidak boleh diabaikan. Kalau anak-anak dididik dengan baik dan benar, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang bermoral, yang mempunyai cara hidup yang sangat integratif. Alkitab dengan ketat mengajarkan konsep ini, ”Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu.” Kolose mengatakan, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya." Dan Amsal 1:8 mengatakan "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu."

3). Melakukan Penerapan Kedisiplinan.

Orang tua harus mendisiplinkan anak-anak mereka, tetapi kedisiplinan itu diterapkan untuk mengoreksi dan memperbaiki. Kedisiplinan harus dilakukan secara konsisten dan penuh kasih. Meskipun Alkitab menunjuk "rotan" sebagai simbol kekuasaan dan dorongan untuk memperbaiki, ini bukan surat izin untuk memukul anak. Anak-anak yang dibesarkan di tengah-tengah lingkungan yang penuh kekerasan, biasanya berkembang dan menjadi orang yang suka kekerasan, atau mengalami gangguan dalam perkembangan sosial, emosi, fisik, dan pengetahuannya. Ini bukanlah kehendak Allah bagi keluarga. Jadi, kedisiplinan seharusnya memperbaiki, bukan menyakiti.

II. Tanggung Jawab Pemuda Selaku Anak.

Pemuda khususnya pemuda kristen harus paham betul dampak yang bisa mereka lakukan terhadap keluarga, gereja dan masyarakat. Alkitab mengingatkan bahwa pemuda harus bisa menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan mereka sehingga lewat karya-karya mereka pemuda dapat memberkati dunia ini. Adapun tanggung jawab pemuda/Pemudi selaku anak adalah: 

1). Pemuda Harus Tampil Sebagai Pemimpin Yang Dapat Dipercaya.

Pemuda diharapkan dapat tampil sebagai pemimpin dalam keluarga karena dianggap sudah mampu untuk memberikan dampak yang baik bagi masa depan anggota keluarga. Dengan peranannya sebagai anak, seorang pemuda diharapkan tidak hanya mampu memimpin dirinya sendiri tetapi juga memimpin anggota keluarga lainnya terutama adik-adik yang lebih muda darinya. Apa yang dikatakannya hendaknya juga terlihat melalui apa yang diperbuatnya. Tidak mungkin pemuda dapat dipercaya jika ia selalu menuntut untuk diperhatikan tetapi tidak mau memperhatikan orang lain. Selalu menuntut anggota keluarga lain mengalah tetapi ia sendiri tidak mau mengalah atau seringkali merasa dewasa dan meminta kebebasan ternyata apa yang dilakukannya bukanlah hal-hal yang benar. Oleh karena itu agar pemuda dapat berperan baik dalam kehidupan keluarga haruslah apa yang dikatakannya sesuai dengan perbuatannya dan terlebih dari itu, apa yang diperbuatnya baik dan benar sehingga pemuda memang layak mendapatkan kepercayaan.

2). Pemuda Harus Menjadi Pilar dan Tulang Punggung Gereja.

Pemuda sering diistilahkan sebagai Pilar/ tiang penyanggah suatu bangunan, istilah lain yang melekat pada diri pemuda adalah sebagai tulang punggung dari tubuh. Kedua istilah ini mengandung makna penguat yaitu tiang penguat bangunan dan penyanggah tubuh. Kalau di lingkungan Gereja berarti Pemuda Kristen merupakan tiang penyanggah Gereja dan tulang punggung Gereja.
Apabila pemuda kristen dikatakan pilar atau tiang penguat dan penyanggah, secara rohani pasti juga memiliki ciri2 yang khas untuk menopang Gereja agar tidak runtuh atau roboh secara rohani. Ciri-ciri pemuda kristen, harus berorientasi pada pengetahuan, skill dan sikap perilaku yang harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3). Pemuda Harus Menggelorakan Semangat Pekabaran Injil.

Spiritualitas Pekabaran Injil mengisyaratkan pemuda untuk menggelorakan semangat Pekabaran Injil sebagai unsur hakiki dalam kehidupan bergereja yaitu sebagai saksi Kristus masa kini, dan menyaksikanNya dimana saja, kapan saja, dan peran ini harus dimainkan oleh pemuda dalam kata, sikap dan perbuatan yang nyata supaya mampu memberi teladan dan pola panutan bagi orang lain.

KESIMPULAN: 

*BAGI ORANG TUA: "Di tengah dunia ini sulit untuk orang tua selalu menjaga anaknya karena terlalu banyak pengaruh luar yang mencoba mempengaruhinya. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan bekal kebenaran yang secukupnya sehingga ia mempunyai kekuatan untuk bertahan di dalam segala macam situasi."

*BAGI PEMUDA: "Jadilah pemuda Kristen yang profesional yaitu yang berpengetahuan, berketrampilan dan bersikap perilaku Kristiani yang takut akan Tuhan, sehingga mampu menangkal hal negatif, menerapkan hal-hal positif, dan menjawab tantangan-tantangan hidup untuk membangun gereja kedepan, sebagai bentuk aktualisasi spiritualitas pekabaran injil." *SELAMAT MERAYAKAN HARI PEMUDA GKE* IMANUEL.

1 comment:

  1. As claimed by Stanford Medical, It's in fact the SINGLE reason women in this country live 10 years more and weigh 42 pounds lighter than us.

    (Just so you know, it really has NOTHING to do with genetics or some secret exercise and absolutely EVERYTHING to about "how" they eat.)

    BTW, What I said is "HOW", not "WHAT"...

    Click this link to see if this easy questionnaire can help you decipher your real weight loss possibilities

    ReplyDelete