Monday, July 16, 2012

"Strategi Memenangkan Musuh"


NAS : Matius 5:43-48

Saudara-saudara, untuk memasuki pintu gerbang firman kita hari ini, maka ada sebuah pertanyaan yang ingin diajukan bagi kita, yaitu apakah defenisi musuh bagi kita? Saya yakin, masing-masing kita tentu mempunyai defenisi yang berbeda-beda. Bagi sebagian besar orang, musuh adalah seorang yang dibenci mungkin karena menyebabkan kerugian, sakit hati, kekecewaan dan lain-lain. Dan karenanya mereka ini tidak pada tempatnya diampuni, apalagi dikasihi. Musuh adalah seseorang yang harus diperangi, dihancurkan, dimusnahkan. Mungkin pola pikir duniawi pun demikian, karena seorang musuh telah menyebabkan kerugian atau kekecewaan yang tidak sedikit. Mengasihi orang yang memang kita kasihi, membalas kebaikan dengan kebaikan tidaklah sulit. Tapi ajakan mengasihi musuh, ini sebuah ajakan yang bisa kita anggap aneh dan umumnya sangat sulit untuk dilakukan. Coba bayangkan jika musuh yang kita benci mengalami masalah, malapetaka atau setidaknya problema, tidakkah hal itu bisa memuaskan hati kita? Banyak orang yang akan sangat menikmati hal tersebut, malah ironisnya banyak yang memanjatkan syukur pada Tuhan ketika si musuh sedang menderita. 


Ayat bacaan hari ini menegaskan janganlah kita bersukacita dan bergembira ria ketika musuh kita jatuh. Dalam kesempatan lain Yesus pun dengan tegas mengajarkan: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Mat 5:44). Mengapa harus demikian? ayat selanjutnya menjelaskan alasannya. ""karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang disorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar."(Mat 5:45). Alasannya adalah, karena dengan mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menyakiti kita, maka kita akan menjadi anak-anak Bapa. Ini sebuah ajaran luar biasa yang membedakan kita yang percaya pada Yesus dengan orang-orang duniawi. Meskipun demikian, ajaran ini tidaklah mudah untuk dilakukan, dan bisa jadi makan waktu yang tidak singkat untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.
Saudara –saudara, seorang kristen pernah mengatakan : “membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian, iri dan dengki”. Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah sesuatu yang manusiawi, sedang membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat Ilahi. Nah, untuk kehidupan kita pun, sebuah rasa sakit hati dan kebencian akan musuh tidaklah sehat. Kita tidak akan pernah bisa hidup bahagia dalam damai dan sukacita jika kita masih menyimpan dendam dan kebencian. Lihatlah bagaimana tindakan Yesus di atas kayu salib. Dalam Lukas 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Bukankah luar biasa, ketika Yesus tengah mengalami penderitaan di luar batas kemanusiaan, Dia masih bisa berdoa bagi mereka yang menyalibkan dan menyiksa-Nya. 
Saudara-saudara, di sebuah perkampungan ada satu keluarga yang selalu memusuhi tetangga sebelah rumahnya. Tetapi, keluarga yang selalu dimusuhi itu tidak pernah membalas perlakukan buruk dari tetangganya tersebut. Keluarga ini selalu mengalah, tetap ramah dan berbuat baik. Sehingga keluarga yang memusuhi ini semakin hari bertambah jengkel. Suatu hari mereka membeli seekor ayam jago, tetapi sesampainya dirumah ayam itu sekarat hampir mati. Karena merasa jengkel, maka ayam jago yang hampir mati tersebut mereka lempar kerumah sebelah yang dimusuhinya. Seperti biasanya, karena mengetahui perbuatan tetangganya tidak baik, tetangga tersebut tidak merasa sakit hati atau marah, malah ayam yang hampir mati itu mereka sembelih dan mereka masak. Setelah masak mereka mengantarkan daging ayam tersebut kepada keluarga yang memusuhinya. Keluarga ini merasa malu, karena perlakuan buruknya selalu dibalas dengan kebaikan, akhirnya keluarga ini meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kembali perbuatannya.
Saudara-saudara, kita bersyukur bahwa Yesus memberikan strategi yang amat efektif. “Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Doa untuk musuh adalah bukti kasih nyata. Manusia tidak mungkin berdoa untuk seseorang sambil membencinya. Mengasihi sambil berdoa bagi musuh adalah kebijakan untuk “mengalahkan” mereka. Mari kita mengarungi tantangan ini dengan senjata dan strategi Perbuatan nyata dan Doa yang tiada henti. Dan, jika mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka masih terasa sulit bagi kita, biarkanlah diri kita dituntun oleh Roh Kudus untuk hal itu. Jangan keraskan hati, berdoalah dan minta agar Roh Kudus menerangi diri kita. Terang cahaya dari Roh Kudus akan mampu menembus kegelapan yang paling dalam sekalipun di hati kita, dan itu akan membuat kita sanggup untuk memaafkan musuh kita. Sulit memang, tapi kita harus sanggup mencapai tingkat tersebut. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48)

No comments:

Post a Comment