Monday, July 16, 2012

THE RIGHT MAN IN THE RIGHT PLACE (Sebagai Cermin, Apakah Jabatanmu sekarang adalah Jabatan Politik atau Prestasi)


NAS: KEJADIAN 41: 37-57

Dalam hidup ini kita sering menganggap kehidupan kita begitu hancur dan menyedihkan di bandingkan dengan orang lain. Tetapi, jikalau kita merenungkan tentang kehidupan Yusuf, kita harus menertawakan diri sendiri, sebab ia seorang yang sungguh-sungguh menderita. Namun di balik penderitaannya, Tuhan memuliakan dia, dengan menjadikan Yusuf sebagai penguasa di tanah Mesir.
Kita tahu, bahwa kesuksesan itu membutuhkan “proses yang mendewasakan” setiap kita. Sudah tentu hal ini memakan waktu yang sangat bervariasi dari seorang kepada yang lainnya. Sebagian orang langsung melejit ke puncak setelah menamatkan pendidikannya, beberapa lagi tanpa kuliah sudah berada di puncak kegilangan, sangat variatif dan susah diprediksi, disesuaikan dengan tujuan hidup kita masing-masing. Dalam masa-masa proses tersebut, setiap detik terasa amat berat karena lebih banyak siksaan kita jumpai ketimbang kesenangan. Namun kita percaya, semuanya itu mengarah pada satu tujuan yakni untuk mendewasakan kita, mempersiapkan kita menuju “puncak”. Hanya orang yang dewasa saja yang dapat mencapai puncak dan bertahan di puncak kejayaannya. Kita tahu, banyak kali, tanpa melalui suatu proses pematangan yang memadai, banyak orang terperosok dari puncak ke dasar kehinaan yang amat sangat, mengingat di puncak selain ada “anggur kenyamanan” yang memabukkan, tetapi juga ada, wanita, korupsi, dan berbagai nafsu lain, yang hanya bisa dipatahkan oleh “kedewasaan”. Karenanya, menghargai proses, memanfaatkan setiap detik dalam masa-masa proses untuk menjadi dewasa, dan bertahan dalam proses hingga akhir merupakan cara yang terbaik untuk menuju puncak, menyelesaikan tujuan hidup kita dengan sempurna dalam dunia ini.
Saudara, Allah yang kita sembah adalah Allah yang mengatur masa depan setiap orang dengan cara yang unik. Kita lihat saja, dulunya Yusuf yang tertindas diubah menjadi orang besar, dihormati,dst. Nah, pengalaman Yusuf menjadi sumber inspirasi bagi hidup kita, bahwa kita perlu memandang kepada Allah yang berkuasa melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam nats kita hari ini mencatat, bahwa Yusuf dipercayakan oleh Firaun menjadi penguasa (ayat 40-43) di tanah Mesir. Dan menurut Firaun, Yusuf adalah orang yang tepat untuk mendapatkan jabatan yang demikian, karena Firaun melihat kuasa Roh Allah bekerja atas diri si Yusuf. Singkatnya, YUSUF MENJADI PEMIMPIN. Dan dalam alur cerita nast hari ini, mengungkapkan awal keberhasilannyan menjadi seorang pemimpin/penguasa.
Saudara-saudara, jika kita dipercayakan untuk menjadi raja atau pemimpin, bagaimana pola kepemimpinan kita? Perlu dipertegas, bahwa pada dasarnya kepemimpinan Kristen memiliki faktor-faktor dan matra-matra dasar kepemimpinan yang sama dengan kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi lain kenyataan yang membedakan antara Kepemimpinan Kristen dan kepemimpinan lainnya ialah hakikat, dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh, premis utama kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh kehendak-Nya yang kekal, telah menetapkan serta memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. J. Robert Clinton mengatakan, “Allah memilih bagi dirinya seorang pemimpin, dan Allah mengembangkan pemimpin tersebut sepanjang kehidupannya.” Itulah sebabnya tatkala mendefinisikan tentang siapa pemimpin Kristen itu, Clinton menjelaskan:“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh: Kapasitas memimpin dan Tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja). Dan sebagai indikator penting bahwa seseorang dipanggil Allah kepada tugas kepemimpinan ialah bahwa ia memiliki kapasitas lengkap sebagai pemimpin, dan ada tanggungjawab yang diuntukkan baginya guna menjalankan upaya memimpin. Pada pihak lain kepemimpinan Kristen meletakkan kedudukan pemimpin Kristen secara proposional, di mana “pemimpin Kristen adalah pemimpin yang berkarakter tinggi, berpengetahuan komprehensif dan khas lebih, serta berkecakapan sosial dan teknis yang andal. Pemimpin Kristen seperti ini akan terbukti sebagai pemimpin dengan ciri-ciri “efektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan hubungan sehat yang tinggi” – sehingga dapat mewujudkan kinerja optimal dengan produk unggul dalam kepemimpinan yang diembannya. Ciri-ciri di atas akan selalu terlihat dengan adanya kisi-kisi berikut:
1. Pemimpin mengabdi dengan komitmen yang tinggi kepada Allah, kepada organisasi (gereja) dan kepada tugas (misi Allah).
2. Ia adalah pemimpin teladan-bertanggung jawab, Ia adalah pemimpin inspirator-komunikator, Ia adalah pemimpin pemersatu-dengan kerja sama yang tinggi, Ia adalah pemimpin pekerja-motivator ulung, Ia adalah pemimpin strategis-terfokus yang selalu tepat arah dan pencapaian, Ia adalah pemimpin yang mempuyai memiliki kepedulian tinggi atas kesejahteraan semua pihak dalam kepemimpinannya. 
Ciri khas pemimpin Kristen seperti inilah yang menempatkan kepemimpinan Kristen sebagai unik.
Saudara-saudara,kita semua ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Pemimpin yang memimpin diri kita sendiri. Sebab itu, selaku agen-agen Allah, mari kita eksplorasikan kepemimpinan kita, lewat tutur kata, perbuatan-tindakan, dan kasih. Sehingga kita akan sungguh menjadi terang di tengah kegelapan dan menjadi berkat di tengah kesusahan.

No comments:

Post a Comment