Monday, July 16, 2012

"FIRMAN SEBAGAI CERMIN"


NAS: Ulangan 31:9-13

Saudara-saudara, sebagaimana yang kita ketahui daya ingat kita manusia memiliki keterbatas sehingga pengetahuan atau ilmu yang dipelajari harus sering diulang secara berkala agar kita tidak melupakannya. 
Di dalam firman kita hari ini, Musa memerintahkan pengulangan pembacaan hukum Taurat setiap akhir tahun ketujuh, yang mana bertepatan dengan hari raya pondok daun pada tahun pembebasan hutang. Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa hal tersebut dilaksakan dan apa sih tujuaannya? Saudara, adapun tujuan dari hal tersebut adalah;
1). Supaya umat Tuhan diingatkan untuk terus-menerus hidup dalam takut akan Tuhan dan taat kepada perintah-Nya. 
2). Mengingatkan bangsa Israel akan karya pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Tanah Mesir dan penyertaan Tuhan di sepanjang perjalanan melalui padang gurun menuju ke Tanah perjanjian.
3). Mengingatkan bangsa Israel akan kewajiban untuk membebaskan sesama bangsa Israel dari jerat hutang yang terjadi di antara mereka.


Lalu, apa manfaat atau fungsi firman Tuhan bagi kita sekarang?
Manfaat setiap firman Tuhan yang kita dengar bukanlah untuk menyenangkan telinga, tapi dengan adanya firman, maka akan memberikan hikmat buat kita, menuntun kita pada keselamatan dalam Kristus Yesus, memberikan pengajar, menyatakan kesalahan dan memperbaiki kelakuan kita, mendidik orang dalam kebenaran serta memperlengkapi setiap orang untuk berbuat baik dan menyatakan kasih di dalam hidupnya.
Dan mengutip dan mengikuti polanya John Calvin, maka Calvin membagi fungsi Hukum Taurat menjadi 3 bagian, yakni:
1. Penuntun manusia kepada Kristus.
2. Penahan terjadinya kejahatan.
3. Penuntun orang percaya kepada kesucian.

Saudara-saudara, jikalau kita melihat fakta hari-hari ini, maka banyak kita temui orang Kristen yang TIDAK suka mendengarkan firman Tuhan (khususnya pengajaran dan teguran), lalu menggantikan berita firman Tuhan dengan berita mimbar yang mengajarkan hal-hal yang mengenakkan telinga (2Tim. 4:3-4), seperti: ikut Tuhan pasti kaya, sukses, sehat, bahkan tidak pernah digigit nyamuk, dll. Mengapa? Karena hati mereka telah dikuasai (dan dibutakan) oleh ilah zaman ini (2Kor. 4:4). Lebih tajam lagi, sebenarnya yang mereka sembah selama ini bukan Allah, namun: kelebihan diri (tampan atau cantik), kebaikan diri, uang, jabatan, dll, sehingga tidak heran, ketika firman Tuhan menegur mereka, mereka langsung meraju/marah. Makin orang itu meraju, maka makin terlihat bahwa selama ini yang mereka sembah BUKAN Allah Tritunggal, tetapi ilah-ilah lain.
Jika demikian, apa yang harus kita lakukan? Sebagai pengikut Kristus, kita harus siap mendengar firman dan siap juga untuk menjalankannya, karena jika tidak demikian, kita menipu diri sendiri seperti seorang yang setelah mengamati mukanya di depan cermin, kemudian lupa bagaimana wajahnya tersebut (Yak. 1:22-24). 

Sekarang, langkah apa yang perlu kita lakukan supaya firman menyatu dan menjadi berkat bagi kita?

Pertama, menyerahkan hati kita secara tulus kepada Tuhan. Kita harus menyadari bahwa problema tidak menaati firman adalah problema hati, sehingga alangkah bijaknya kita pertama kali berkomitmen menyerahkan hati kita secara tulus kepada Tuhan untuk dikoreksi-Nya.

Kedua, berkomitmen untuk hidup berintegritas. Setelah mendengar firman, ditegur oleh saudara seiman, maka kita belajar BERKOMITMEN untuk menjalankan apa yang telah kita percayai dan ketahui dengan sebisa mungkin konsisten, tegas, tidak gila hormat, dan tidak bermuka dua (alias tidak munafik). Itulah tanda hidup berintegritas yaitu seorang pribadi yang hidup tanpa menggunakan kedok dalam hidupnya. Ia akan bertindak sesuai dengan ucapan yang dipikirkan, akan sama di depan dan di belakangnya. Ia akan konsisten antara apa yang diimani dan perilakunya, antara sikap dan tindakan, antara nilai hidup yang dianut dengan hidup yang dijalankan. Ia adalah seorang yang matang, tidak kompromi, dan menolak pengakuan untuk dirinya sendiri.”

Pertanyaan selanjutnya, cukupkah kita menjadi pendengar firman Tuhan saja? TIDAK. Karena fakta menunjukkan ada beberapa orang Kristen yang rajin mendengarkan firman Tuhan baik melalui khotbah mimbar di setiap kebaktian gereja maupun melalui seminar, rekaman MP3, DVD, dll, namun mereka makin sombong dan sok tahu. Ketika firman menegur mereka, mereka dengan yakin mengatakan, “Ya, saya tahu” atau “Ya, saya mengerti”, namun di kesempatan berikutnya, mereka mengulangi kesalahan mereka (tanpa merasa bersalah). Mereka lebih mudah percaya dengan teman-teman yang bukan orang percaya, ketimbang mendengarkan firman Tuhan dan teguran dari saudara seiman. Dengan kata lain, makin mendengarkan firman Tuhan, hidup mereka tidak diubah. Mengapa demikian? Karena hati mereka tidak murni. Hati manusia yang sudah tidak murni mengakibatkan sikap mereka juga tidak murni, sehingga tidak heran, makin mereka mengisi rasio mereka dengan pendengaran firman, hati mereka tetap kering dan hidup mereka tetap tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan.

Saudara-saudara, dari beberapa penjelasan di atas, maka saya analogikan bahwa Hukum Taurat berfungsi seperti cermin. Dengan cermin kita melihat diri sendiri. Dengan Hukum Taurat, manusia menyadari dirinya adalah orang yang berdosa. 
Akhirnya, saya mengajak kita semua untuk bertanya kepada diri kita sendiri, "mengapa kita beribadah setiap hari/minggu? Mengapa kita bersekutu ibadah kategorial? Mengapa kita ikut persekutuan doa, mengapa kita menghadiri KKR/KPI,,,dst. 
Yohanes 14:23 mencatat: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

Imanuel

No comments:

Post a Comment