Friday, July 20, 2012

"KAU BUKAN HAMBA DAN BUKAN ANJING MATI"


NAS: 2 SAMUEL 9:1-13

SYALLOM!!!
Saudara-saudaraku, ketika Daud menjadi raja Israel menggantikan Saul, rupanya ia teringat akan keluarga Yonatan, sahabatnya, dan juga perjanjian dengannya semasa ia masih hidup seperti dikatakan Yonatan kala itu, "Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya." (1 Samuel 20:14-15a). Itulah sebabnya ketika orang mengabarkan bahwa Mefiboset, salah satu keluarga Saul, masih hidup segera Daud mengundangnya ke istana.
Mefiboset adalah nama cucu Saul, Raja Israel. Ketika Saul dan Yonatan (ayah Mefiboset) meninggal, dan beritanya sampai ke istana, Mefiboset yang waktu itu masih kanak-kanak terjatuh dan menjadi lumpuh. 


Dalam nas kita hari ini, perjumpaan dengan Daud sebagai raja Israel yg baru dilantik meledakkan perasaan takut yg sangat mendalam bagi Mefiboset. Mefiboset takut kalau-kalau akan menjadi sasaran balas dendam terhadap keluarga termasuk dirinya, ia merasa sangat tersudut sehingga memposisikan diri sebagai "hamba" dan "anjing mati". 
Kedua kata tersebut menunjuk pada suatu pribadi yg tidak berharga, tidak punya hak sama sekali, karakter yang menjijikkan. Anjing, apalagi anjing mati, digunakan sebagai gambaran hal-hal yang meremehkan, merendahkan atau hal-hal sepele. Hal ini berkaitan dengan pandangan umum di daerah Timur Tengah, bahwa anjing pada umumnya adalah binatang pemakan bangkai 
Ia merasa begitu rendah tak berharga hingga harga dirinya seperti sama dengan seekor anjing mati.
Namun Daud berusaha memulihkan harga dirinya. Bahkan Mefiboset diundang untuk duduk semeja dan sehidangan dengan Daud, sang raja.
Apa maksudnya makan sehidangan? Artinya Daud menganggap Mefiboset sebagai salah seorang anaknya sendiri. (2 Samuel 9:11) Sebagai seorang anak raja maka semua kebutuhan Mefiboset baik itu makanan, pakaian maupun tempat tinggal dipenuhi oleh Daud disamping itu kekayaan yang dihasilkan oleh ladang Saul yang dikelola oleh Ziba juga menjadi milik Mefiboset. Semua kebutuhan hidup terpenuhi dan tabungan kekayaan bertambah terus tanpa perlu bekerja apapun: itulah kasih yang ditunjukkan Daud kepada Mefiboset.

Sekarang bagaimana kita mengekspresikan kasih dalam hidup ini? Ada banyak cara tentunya. Dengan menunjukkan perhatian sepenuhnya, dengan memberi sekuntum bunga, cokelat atau hadiah-hadiah lain, dengan ucapan, pelukan, dan banyak lagi bentuk-bentuk espresi kasih yang bisa kita lakukan. Sulit bagi kita untuk bisa mentransfer perasaan secara langsung kepada orang lain, dan karenanya kita perlu berbagai bentuk ekspresi seperti di atas sebagai perantara untuk menyampaikan perasaan kasih sayang kita kepada seseorang. Ingat, manusia pada umumnya membutuhkan kasih untuk bisa hidup. Mengasihi dan dikasihi, mencintai dan dicintai. Itu seringkali membuat kita lebih kuat dan tegar apabila kita miliki. Semua itu tentu baik. Tetapi kita seharusnya bisa meningkatkan satu langkah lagi lebih tinggi dengan adanya bentuk kasih yang sudah dicurahkan Tuhan ke dalam hati setiap kita lewat Roh Kudus, seperti yang disebutkan dalam Roma 5:5. Mengasihi orang baik itu mudah. Tapi mampukah kita mengasihi seorang musuh? Mampukah kita untuk masih peduli bukan saja kepada dirinya, tetapi kepada keluarganya?

Saudara-saudara, saya yakin kita semua adalah orang-orang yang sudah menerima kasih karunia Allah. Nah, ketika kita sudah menerima kasih yang dari Allah, sudahkah kita mengaplikasikannya dalam kehidupan kita? Adalah mudah untuk mengasihi orang yang baik kepada kita, mengasihi orang yang kita cintai, tetapi sanggupkah kita untuk tetap mengasihi dan mendoakan orang-orang yang membenci kita? Maukah kita peduli kepada mereka dan keluarganya? Bersediakah kita tetap membantu dan bersikap baik dengan penuh kasih meski kita diperlakukan tidak adil atau bahkan disakiti? 

Saudaraku, jika kita melihat ke dalam dan menemukan kasih Bapa yang dicurahkan oleh Roh Kudus seharusnya kita bisa. Inilah yang akan bisa membuat perbedaan antara kasih yang dimiliki anak-anak Tuhan dengan kasih yang dimiliki dunia. Apa yang dilakukan Daud hendaklah menjadi teladan bagi kita untuk tidak mendendam kepada siapapun, apalagi dendam turun temurun terhadap keturunan mereka. Tidak mudah memang, tetapi kuasa Roh Kudus akan memampukan kita agar bisa melakukannya. Untuk apa Daud peduli mencari keturunan Saul? Tidak lain untuk menyatakan kasih yang dari Allah yang ada pada dirinya. 

Hari ini dan detik ini mari temukan kasih itu di dalam hati kita, dan hidupilah dengan mengaplikasikannya langsung dalam hidup kita. Siapa orang yang sedang menyakiti saudara hari ini? Ampunilah, doakanlah mereka dan tetaplah kasihi. Itulah yang menjadi kehendak Tuhan bagi kita semua.

INGAT!!!! Membalas kebaikan dengan kejahatan itu merupakan sikap iblis, membalas kebaikan dengan kebaikan itu manusiawi, tetapi membalas kejahatan dengan kasih merupakan sebuah sikap moral yang sempurna seperti sifat Ilahi. IMANUEL

Semoga Menjadi Berkat.
(Rev. AGUSTIMAN)

2 comments:

  1. Membalas kejahatan dengan kabaikan itu yang paling sulit Pak Pendeta, Semoga saya bisa mengaplikasinya di dalam kehidupan saya..Terus semangat dan terus berkarya Pak Pdt. Agustiman.

    ReplyDelete
  2. Dengan tekad serta pertolongan Tuhan Yesus niscaya bapak bisa melakukannya. Tetap semangat ya bapak!!!

    ReplyDelete