Monday, July 16, 2012

"JEMAAT YANG TIDAK MENYANYI BUKANLAH JEMAAT" (Karl Barth)


NAS: Ulangan 31:14-30

Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus, dalam nas kita hari ini mencatat bahwa Musa dan Yosua berada dalam Kemah Pertemuan, dan Tuhan muncul kepada mereka. Kemunculan Allah memberitahukan kepada mereka bahwa bangsa itu akan melanggar PerjanjianNya dan Dia akan murka, dan banyak kejahatan akan menimpa mereka. Dan sebagaimana tercatat, di akhir hayat Musa, dia diperintah untuk meninjau Hukum itu dengan orang Israel dan menulis serta mengajar orang Israel nyanyian ini. Orang Israel harus belajar dan menyanyikan nyanyian tersebut. Tujuannya ialah supaya Israel yang dikatakan sebagai umat Allah dapat disadarkan dan diingatkan lewat nyanyian tersebut kelak. Dengan suatu harapan, umat akan hidup dalam pertobatan dan mereka akan hidup dalam perubahan yang absolut berdasarkan firman dan aturannya Allah.


Saudara-saudara, kita tahu bahwa nyanyian sangat besar pengaruhnya bagi umat Israel. Pemazmur pernah mengatakan bahwa Allah bertahta di atas puji-pujian Israel. Itu berarti Allah hadir bahkan tinggal di tengah-tengah umat yang memuji Dia. Itulah sebabnya Israel menetapkan para imam harus bernyanyi di Bait Allah di Yerusalem siang dan malam.

Saat ini kita akan melihat tiga contoh pengaruh nyanyian atau pujian yang begitu dasyat pada zaman Perjanjian Lama:

1). Pada awal pengalaman bangsa Israel di tepi Sungai Yordan, di bawah pimpinan Yosua, mereka melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana sorak sorai mereka dapat merobohkan tembok Yeriko. Itu menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi mereka, sehingga di belakang hari, mereka memasukkan nyanyian atau puji-pujian sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam ibadahnya kepada Allah.

2). Pada waktu penahbisan Bait Allah di Yerusalem, para imam bernyanyi, lalu Bait Allah dipenuhi dengan awan. Itu adalah simbol dari kehadiran Allah. Hal ini menguatkan apa yang sudah kita katakan di atas, bahwa Allah bertahta di atas puji-pujian Israel.

3). Pengalaman Raja Yosafat juga menjadi perhatian kita dalam hal pengaruh puji-pujian bagi para pendengar. Tatkala Raja Yosafat berperang melawan bani Amon dan bani Moab, raja menyuruh para imam maju di depan pasukannya, serta menyanyi memuji Allah. (II Taw 20). Kita tahu, tatkala para imam itu bernyanyi, maka terjadilah kekacauan di pihak musuh dan akhirnya mengalami kekalahan.

Dari pengalaman umat israel,imam-imam, raja yosafat diatas, menujukkan suatu peristiwa yang spektakuler bagi kita saat ini. Bahwa pujian atau nyanyian mampu membawa dampak, mujizat, kemenangan bagi mereka.

Nah, bagaimana dengan pujian atau nyanyian kita sekarang ini? Jujur saja, apabila kita melihat realitas disekitar kita terkhusus di saat-saat beribadah, ada sebagian jemaat yang tidak sungguh-sungguh memuji Tuhan dalam bentuk puji-pujian/nyanyiannya, maksudnya ada yang menyanyi dalam hati alias tidak bersuara (karena malas) ada yg mulutnya saja komat - kamit tapi tidak ada suaranya, dst.

Di kesempatan ini, perlu saya tegaskan bahwa menyanyi adalah sebagai salah satu elemen penting dalam ibadah. Jika kita hanya main-main atau malas menyanyikan pujian kepada Allah maka akan memperlihatkan ketidakseriusan kita dalam menyembah Dia.
Makanya, seorang teolog ( Karl Barth ) pernah mengatakan : "Jemaat yang tidak menyanyi bukanlah jemaat'. Kalimat ini ingin menyatakan kepada kita bahwa Nyanyian merupakan unsur yang penting dalam gereja atau bagi umat-umat Allah, sebab nyanyian jemaat merupakan bentuk partisipasi umat dalam ibadah.

Saudara-saudara, selaku orang-orang Kristen, menyanyi adalah sebuah kegiatan yang selalu kita lakukan dalam ibadah. Kita memuji melalui nyanyian, kita bersyukur dengan bernyanyi, kita berdoa dengan bernyanyi, kita menyesal dengan bernyanyi bahkan kita juga meratap dengan bernyanyi. Rasanya tidak enak jika dalam ibadah, kita tidak bernyanyi. Nyanyian seakan menjadi dominan dalam ibadah.
Dan menurut saya pribadi, nyanyian sangat menolong jemaat untuk mengungkapkan seluruh isi hati baik ucapan syukur, doa atau permohonan, penyesalan,maupun tekad, penyataan iman,dan empati pada sesama dan lingkungan. Di samping itu pula, nyanyian juga dapat menolong jemaat untuk menghayati isi pembacaan Alkitab, makna Firman Allah dan pengutusan untuk melayani sebagai gereja yang diutus keluar. Oleh sebab itu, nyanyian yang dipakai dalam ibadah jemaat harus sungguh-sungguh dipersiapkan, tidak asal pilih atau sesuka hati. Makanya, nyanyian yang ditulis oleh Musa harus dinyanyikan dengan sungguh-sungguh, hati yang menggelora, sebab dalam nyanyian tersebut ada firman Tuhan.

Akhirnya, nyanyian dalam ibadah itu membawa kita pada pengenalan, penghayatan dan ‘pemujaan’ kepada Tuhan. Oleh karena ibadah itu adalah bakti, maka nyanyian dalam ibadah adalah roh baru yang telah mengalami sentuhan dari Roh Allah. Hanya itu yang memungkinkan kita bertemu dengan Allah melalui pujian dan melaksanakan tugas menolong orang memuji Allah dengan cara yang benar. Itulah menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.

Mungkin suara kita tidak seindah tiga besar Indonesian Idol seperti; Regina, Sean, Yoda, namun jika kita memuliakan Allah dengan hati yang tulus, maka kita akan mengalami dampaknya, yaitu kedamaian, semangat dan mujizatNya. Mari kita Puji nama Tuhan dengan sukacita. AMIN. JESUS WITH YOU

No comments:

Post a Comment